Kisah Cinta Ihsan dan Rubby

Kisah Cinta Ihsan dan Rubby
oleh: Mentari Senja

Mentari pagi ini tak begitu cerah, mendung menyelimuti awan sepertinya hujan akan segera turun. Pagi ini bukan pagi yang menguntungkan bagi Ihsan, pemuda berwajah manis itu hanya dapat memandang nanar langit gelap. Ini hari kedua Ihsan tidak dapat keluar mencari secuil rezeki untuknya dapat bertahan hidup setelah beberapa hari terakhir ini hujan mengguyur desa Slawi, tempat dimana dia tinggal. Kehidupan Ihsan memang serba kekurangan apalagi setelah sang ayah tega meninggalkan dia dan ibunya. Segala kebutuhan hidup dia dan ibunya menjadi tanggung jawabnya.

Kisah Cinta Ihsan Rubby
“maaf mas... maaf.. jangan tinggalkan aku.. tolong... mas... tolong jangan tinggalkan aku dan ihsan.... akkkhhhhh.... tiiidaaaakkk...!! mas....” Rindu berteriak-teriak, segala macam barang yang ada didepannya langsung dia hancurkan.

“ mas...jangan...jangaan...”

“ibu... ada apa bu.. tenanglah bu... istigfar...” Ihsan memeluk ibunya, mencoba menenangkan. “ sudahlah bu, ikhlaskan saja ayah pergi, ayah tidak pantas untuk ibu sebut.”

“tidakk.. tidakk... mas...” Rindu terdiam lemas, sekarang berganti tangis penyesalan.

“bu, ibu jangan menangis lagi. Ihsan tidak ingin melihat ibu seperti ini. Ibu harus kuat. Ibu harus lupakan ayah “ Ihsan memandang ibunya dengan raut kesedihan, batinya teriris melihat keadaan ibunya yang tak kunjung sembuh. Rindu, ibu ihsan telah lama menderita depresi berat setelah sang suami pergi meninggalkannya demi perempuan lain. Saat itu Ihsan masih berumur 6 tahun, sang ayah diketahui telah berpaling dari ibunya. Tak diketahui sebab musababnya, dan pertengkaran itu dimulai ketika Rinto, ayah Ihsan terang-terangan meminta cerai kepada Rindu.

“kenapa mas, apa salah saya hingga mas Rinto tega ingin meceraikan saya.”

“hmm... kamu masih tanya kenapa. Kamu fikir aku tidak tau dengan perbuatanmu. Selama ini kamu telah membohongi saya. Dan saya tidak bisa terima ini.”

“apa maksud mas, coba jelaskan.”

“sudahlah, apa perlu aku bongkar semua kebusukanmu. Biar ihsan juga tau siapa sebenarnya ayah kandungnya.

“jadi mas sudah tau yang sebenarnya, maaf mas... aku khilaf.. aku bisa jelasin itu semua mas.!” Rindu coba menjelaskan.

“ahh sudahlah tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas. Pokoknya saya ingin cerai dari kamu. Besok aku kirim surat gugatan cerai, dan kamu tinggal menandatangani saja.”

“mas...tolong mas, jangan ceraikan saya. Aku bisa jelaskan semuanya. Mas..tolong jangan tinggalkan aku dan Ihsan. Ihsan masih butuh kamu” ditarik lengannya Rinto, mencoba membujuknya.

Kejadian itu tak diketahui Ihsan, Ihsan yang saat itu masih berada di rumah neneknya tidak mengetahui bahwa orangtuanya terancam bercerai. Lama sudah ihsan mencari kebenarannya namun tak kunjung dapat.
*****

“hai Rubb, mau kemana kamu.” Tanya Shinta sahabat Rubby.

“ hai shin, iya neh aku mau balik dulu, jadwal kuliahku sudah habis. Dan kebetulan bunda nyuruh aku buat belanja di supermarket. Jadi maaf ya, aku ga bisa pulang bareng kamu”

“hmnm okelah kalo gitu, hati-hati dijalan ya Rubb.”seperti biasanya sebelum berpisah Rubby dan Shinta berpelukan. Persahabatan mereka sudah terjalin lama, sejak mereka berdua sama-sama kuliah di kampus yang sama.

Rubby segera pergi meninggalkan Shinta, dengan motor maticnya dia melaju menuju supermarket terdekat untuk membeli titipan bundanya. Dalam balutan gamis warna biru muda dan jilbab yang serasi dengan gamis membuat wajah Rubby semakin terlihat cantik. Lesung pipitnya menambah keayuan senyumnya. Tak lama berselang Rubby telah sampai di supermarket itu.

“alhamdulillah akhirnya sampai juga,” Rubby segera memasuki pintu supermarket.

Dengan cekatan Rubby memilih barang-barang yang dibutuhkan, Rubby sengaja tidak ingin berlama-lama berbelanja dia hanya membeli barang yang dibutuhkan saja. Karena setelah ini masih banyak kegiatan Rubby yang harus dia lakukan. Selain kuliah, Rubby juga aktif dalam kegiatan sosial. Di lingkungan rumahnya Rubby terkenal dengan jiwa sosialnya, sikapnya yang lemah lembut serta ramah tamah membuat orang merasa simpati. Rubby hidup dalam lingkungan keluarga yang begitu kental dengan nuansa religi. Abah Rubby merupakan tokoh agama di lingkungannya, beliau aktif dalam kegiatan keagamaan. Selain mengajar ngaji di masjid beliau juga kerap kali menjadi penceramah disetiap acara-acara penting. Keluarga Rubby merupakan keluarga yang sangat dikagumi.

“berapa mba, semua belanjaan saya” tanya Rubby pada kasir.

“jadi total semuanya 150 ribu mba.”si kasir menyerahkan belanjaannya.

“ini mba uangnya, terima kasih.”

“iya mba sama-sama, terima kasih telah mengunjungi supermarket kami” kasir menyerahkan nota belanja itu kepada Rubby.

Dengan langkah mantap Rubby keluar dari supermarket itu, dan langsung menuju ke tempat parkir. Namun belum sampai di tempat parkir tiba-tiba handphone Rubby berdering, belum tau siapa yang menelponya. Saat Rubby hendak mengambil handphone yang ada di tas Rubby secara kilat ada orang yang tak dikenal langsung mengambil tas Rubby dengan seluruh isinya. Sontak Rubby berteriak, meminta tolong. Rupanya sudah dari tadi gerak gerik Rubby diintai, ada orang jahat yang ingin mengambil tas Rubby yang diketahui banyak barang-barang berharga.

“tolong...tolong...pak..tolong ada rampok...tolong pak...”Rubby berteriak meminta pertolongan.

Saat Rubby sedang meminta tolong, terlihat sudah ada sosok pemuda yang sedang mengejar perampok itu. Dikerjanya perampok itu, tanpa peduli ada orang didepannya.

Ya Allah, mudah-mudahan perampok itu tertangkap dan pemuda itu baik-baik saja terlintas dalam benak Rubby doa agar perampok itu segera tertangkap. Dengan gelisah Rubby menunggu apakah pemuda itu berhasil mengambil tasnya dari perampok.

Selang 30 menit pemuda itu kembali dengan tas hitam ditangan kanannya, wajahnya terlihat lelah. Keringat bercucuran membasahi pelipisnya. Dengan segera pemuda itu mengembalikan tas Rubby.

“terima kasih mas, mas sudah menolong saya” Rubby menerima tas yang diberikan pemuda itu seraya mengucapkan terima kasih.

“iya mba, sama-sama. Makanya kalo bawa tas itu ati-ati jangan sembrono kaya gitu. Dasar cewe. Jangan Cuma penampilan yang di urusin” pemuda itu langsung berlalu dari Rubby.

“gimana bang, rampoknya ketangkep ga?” tanya bocah cilik yang sedari tadi menunggunya dibelakang.”

“udah gue kasih pelajaran, lagian macem-macem aja tuh orang operasi diwilayah gue.” Pemuda itu pun berlalu dari hadapan Rubby.

Sedang Rubby hanya terdiam termenung, dia begitu tercengang dengan tingkah laku pemuda itu. Pengamen jalanan yang dengan dandanan amburadul tapi telah menolongnya, tanpa mau minta imbalan. Gaya super cueknya juga membuat Rubby heran.

Sejak kejadian itu Rubby tak henti-hentinya memikirkan siapa pemuda itu sebenarnya. Fikirannya tak henti untuk segera mengetahui siapa dia. Timbul sedikit penyesalan kenapa saat itu dia tidak menanyakan nama sang pemuda.

*******
Matanya yang tajam, wajahnya yang manis dan......

“aduh apaan sih aku, ko jadi nglamunin dia.“ Rubby menghapus lamunannya segera, dia tidak ingin larut dalam bayang-bayang pemuda itu.

Rubby hanya tersenyum jika membayangkan kejadian itu, seolah tak percaya tapi kejadian itu telah membuat Rubby tidak bisa lupa akan sosok pemuda yang telah membuatnya penasaran. Dan hal ini adalah sesuatu yang tak biasa bagi Rubby, baru kali ini dia merasa sangat penasaran dengan seseorang apalagi laki-laki. Dengan wajah cantiknya, tidak sedikit kaum adam yang tergila-gila dengannya, namun kebanyakan dari mereka segan untuk mendekati Rubby karena merasa tidak sesuai. Apalagi selama ini sikap Rubby terlalu biasa untuk soal itu, dia belum tertarik untuk membangun suatu hubungan yang halal dengan seorang laki-laki. Kegiatan sosialnya dan kuliah sudah menyita banyak waktunya kalau hanya untuk sekedar mencari calon pendamping hidup. Terlebih lagi selama ini Rubby belum merasa ada ketertarikan terhadap sekian banyak kaum adam yang setia menunggunya.

Namun kini berbeda, Rubby begitu tertarik terhadap seorang pemuda yang belum diketahui jelas siapa dia sebenarnya. Pemuda yang hanya sekilas saja ada di hadapannya, pemuda yang telah menolongnya saat tas Rubby dirampok orang. Ya..pemuda itu telah menyihir rubby, membuat Rubby selalu memikirkannya.

Rubby merasa ada ketertarikan tersendiri dibalik baju kumel sang pemuda itu, sekilas saat Rubby menatap matanya ada perasaan lain dihatinya tak tau jelas apa yang sedang Rubby rasakan. Walaupun petemuan itu sangat singkat namun pertemuan itu begitu berharga, pertemuan yang membuat Rubby saat ini selalu termenung.

**********
“ibu makan ya... nanti ibu sakit kalau ibu terus-terusan ga makan.” Ihsan mencoba menyuapi ibunya. Namun ibunya hanya bergeleng, sang ibu hanya terdiam dengan pandangan kosong jauh menerawang entah kemana. Raganya memang ada disini namun jiwanya entah kemana.

“ibu jangan seperti ini terus, ibu tau ga ihsan sedih banget ngeliat ibu kaya gini. Ihsan ngerasa sendiri bu. Ihsan pengen hidup seperti orang normal lainnya. bisa Selalu cerita sama ibunya, bisa manja-manjaan. Ihsan pengin ibu juga seperti ibu-ibu yang lain.” Hanya airmata yang terus menetes di pipi ihsan, walaupun beribu ungkapan ihsan lontarkan kepada ibunya namun ibunya tetap saja diam.

Sejak ditinggal ayahnya ihsan hidup terlantar, kehidupannya sekarang sangat erat denga hidup dijalanan. Tanpa kasih sayang dari ibunya itu ihsan harus bertahan hidup. Namun walaupun keadaan ibu ihsan seperti itu, ihsan selalu menyanyangi ibunya. Dengan segenap hati dia selalu merawat ibunya dengan tulus, tak ada guratan kelelahan saat dia harus terjaga di malam hari untuk mememani ibunya yang sewaktu-waktu bisa saja menangis. Saat siang dia berusaha mencari rezeki untuk sesuap nasi baginya dan ibunya. Dari pengamen jalanan, sampai tukang parkir dia lakoni. Itu semua dia lakukan demi sang ibu, dia tidak rela jika sang ibu yang dia miliki satu-satunya terjadi apa-apa.

“mas...jangan tinggalkan aku mas..tolong...mas..huhuuhuhu”kembali sang ibu terisak meratapi kejadian lampau. Dipeluknya tubuh ibunya, mencoba menenangkan walaupun dengan deraian airmata ihsan mencoba menghibur sang ibu.

“sudah bu, ihsan disini... jangan sedih lagi.” dekapan seorang anak yang merindukan ibunya kembali normal seperti sediakala.

***********
Mentari pagi ini begitu cerah, secerah wajah Rubby yang berbalut hijab coklat. Gamis anggun yang dikenakan Rubby begitu cantik dipandang. Hari ini Rubby beserta kawan-kawannya akan mengadakan bakti sosial. Sudah banyak yang telah Rubby persiapkan, dari sembako hingga pakaian yang masih layak pakai Rubby kumpulkan, kesemuanya itu Rubby satukan untuk diberikan pada anak-anak yatim dan anak-anak jalanan. Kebetulan di kota itu terdapat sebuah desa yang berpenghuni warga kurang mampu. Di desa itulah Rubby dan kawan-kawannya mengadakan bakti sosial.

“hai Rubby, wah..cantiknya hari ini, kamu begitu anggun” puji Shinta sahabat karib Rubby

“ah kamu ni Shin berlebihan deh, kamu juga cantik ko apalagi kalau mau pake jilbab” Rubby tersenyum kecil menggoda Shinta

“hmmm iya deh bu ustad...belum dikasih hidayah sama Allah.” Shinta menimpali

“lakukan segera jangan tunggu nanti.”

“iyaaaaa ibu ustad... insya Allah.. udah akh ayo kita berangkat” shinta langsung mengajak Rubby kedalam mobil rombongan para relawan dan donatur.

“oke..”jawab Rubby singkat

Sementara didalam mobil Shinta sibuk membereskan perlengkapan, rubby kembali melamun, fikirannya jauh menerawang. Rindangnya pohon akasia di pinggir jalan menambah deretan keindahan alam yang Tuhan ciptakan, hawa sejuk pagi hari membuat suasana begitu nyaman. Nyaman juga untuk Rubby kembali memikirkan sosok pemuda misterius itu.

“hai non...nglamun aja. Bukannya bantuin aku malah asik bengong.”tiba-tiba shinta telah duduk disebelahnya.

“eh shin...ga ko, aku ga ngalumin apa-apa..aku Cuma lagi ngeliatin pemandangan aja, bagus ya.”Rubby kembali memandang keluar jendela dengan tersenyum.

“ih ngaco deh, perasaan hampir tiap hari kamu lewat jalan ini dan kamu juga ga kaya gini banget. Pasti ada apa- apa deh, ayo ngaku...ada apa sih...cerita dong sama aku.”shinta mendesak Rubby.

“loh bener ko ga ada apa-apa, kamu kali yang ada apa-apa.”jawab Rubby sambil tersenyum.

“Ihh Rubby, apaan sih ko senyum-senyum gitu, ayo cerita dong...cerita ga...kalo ga aku kelitikin neh...ayo cerita...”dikelitikinnya Rubby hingga dia tertawa tak henti, dan keduanya saling bergurau sepanjang perjalanan.

Satu jam perjalanan telah mengantarkan mereka, para rombongan relawan dan donatur ke tempat warga kurang mampu. Masing-masing dari mereka mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri. Untuk relawan dan donatur laki-laki bertugas mengeluarkan barang-barang yang siap untuk disumbangkan sedang kaum hawa berbenah barangbarang yang telah diangkut didalam posko.

Didalam posko, Rubby dan Shinta sibuk memilah-milah barang untuk dibagikan. Mereka mengelompokkan menurut jenisnya. Tugas Shinta mencatat berapa banyak sumbangan yang telah dikumpulkan.

*********
“terima kasih pak atas sambutannya, saya disini mewakili teman-reman relawan dan donatur ingin memberi sedikit sumbangsi terhadap desa bapak ini. Dan semoga apa yang kami beri bermanfaat bagi semuanya. Mungkin tidak banyak yang dapat kami berikan, hanya sekedar pelengkap kebutuhan dan tentunya doa dari kami agar warga disini terus dilindungi Allah SWT. Amien....”begitulah penutup atas sambutan ketua rombongan relawan, setelah tadi membagikan sumbangan kini rombongan ini segera pamit untuk pulang.

“terima kasih bapa-bapa, ibu-ibu semua, kami disini sangat senang atas kedatangan kalian. Apa yang telah kalian berikan sangatlah bermanfaat bagi kami semua.sekali lagi terima kasih banyak” sambut perwakilan warga disini.

Rombongan pun segera berlalu, semua relawan memasuki mobil. Namun sebelum Rubby hendak naik kedalam mobil tiba-tiba Rubby melihat ada sosok pemuda melintas. Dengan gaya yang tak asing lagi buat Rubby, sorot mata yang tajam serta wajahnya yang manis sangatlah meyakinkan Rubby bahwa dia lah pemuda yang selama ini mengganggu fikirannya, Dilihatnya dia baru saja datang dengan membawa gitar, yang roman-romannya habis mengamen. Sontak Rubby langsung mendatangi pemuda itu tanpa peduli kawan-kawan yang lainnya sudah hendak berangkat.

“hai rubb, mau kemana kamu.mobilnya sudah mau jalan.”teriak Shinta saat melihat Rubby berlari kearah pemuda itu.

“sebentar shin, aku mau ada urusan dulu”timpal Rubby tanpa memperdulikan Shinta.

Dengan setengah berlari Rubby mengejar pemuda itu, sebelum terlambat dia menghilang. Akhirnya Rubby dapat berjumpa lagi dengan sosok pemuda yang telah membuatnya penasaran.

“hei...tunggu...kamu yang bawa gitar...tunggu.” Rubby memanggil pemuda itu dengan nafas tersengal-sengal.

Pemuda itu pun berhenti dan menoleh kearah shinta.

“hmm iya ada apa..???” tanya pemuda itu kepada Rubby.

“sebentar..” Rubby mencoba mengatur nafas. ”hmm...kamu masih kenal saya.” tanya Rubby

Sepertinya pemuda itu kurang ingat dengan Rubby, terlihat dari wajahnya yang terlihat bingung. “siapa ya... maaf aku ga kenal.” jawab pemuda itu enteng.

“Aku rubby, cewe yang dulu pernah kamu tolong itu. Waktu tas aku dirampok orang dan kamu berhasil mengambilnya lagi. Masih ingat.” Rubby mencoba mengingatkan pemuda itu.

“hmmm...sebentar..” terdiam sejenak. “oh...kamu cewe ceroboh itu ya...ya aku inget. Ada apa lagi, kamu kerampokan lagi” jawab pemuda itu sekenanya saja.

“oh bukan... aku ga kerampokan lagi ko, aku Cuma mau ngembaliin ini. Sapu tangan kamu terjatuh waktu kamu nolongin aku. Waktu itu mau aku kembaliin tapi kamu keburu pergi. Dan mungkin baru sempet kali ini aja aku kembaliin.” Rubby menyerahkan sapu tangan putih yang ditepinya terukir inisial ‘i’...

“hmm kalau boleh tau nama kamu siapa, di sapu tangan kamu terukir inisial ‘i’” tanya Rubby

“aku Ihsan...makasih ya.” ihsan langsung berlalu meninggalkan Rubby setelah mengucapkan terima kasih

“eh.. ihsan.. sebentar jangan pergi dulu.” Rubby mencoba mencegah ihsan

“apa lagi.......”

“hmm ga apa-apa, ngomong-ngomng kamu tinggal disini ya” tanya Rubby dengan wajah sedikit tersipu

“iya, kenapa” jawab ihsan santai

Dan belum sempat Rubby mengobrol banyak, Shinta sudah keburu datang untuk mengajaknya pergi.

“Rubby ayo cepat pulang, sedang apa kamu disini. Ayo pulang” shinta menarik lengan Rubby karena tidak ingin ketinggalan rombongan.

“aduh Shinta sebentar,” menoleh ke arah ihsan, ”hei ihsan boleh kapan-kapan aku berkunjung ke tempatmu” tanya Rubby dari kejauhan.

“ya boleh....”

Inilah pertemuan kedua Rubby dengan pemuda itu, setelah pertemuan pertama yang tak terduga. Ada sedikit kelegaan dihati Rubby setelah mengetahui siapa nama pemuda itu, terlebih lagi Rubby kini telah tau dimana ia tinggal. Mungkinkah ada pertemuan ketiga, ke empat atau pertemuan-pertemuan berikutnya. Rubby tak tau pasti, tapi didalam hati kecilnya Rubby berharap agar dia bisa berjumpa kembali. Entah apa yang membuat Rubby seperti itu, yang pasti semenjak kejadian itu perasaan Rubby berubah, ada ketertarikan yang Rubby rasa terhadap sosok ihsan.

Dalam renungan malam Rubby selalu berdoa agar pertemuan itu menjadi pertemuan yang akan bermakna nantinya.
*****
Advertisement
Ads 300px
Perlu Anda Baca Juga:
Copyright © 2013-2099 Cerpenesia - Singgasana Dami Template Template by Yusuf Ardi. All rights reserved.